Mengapa kita bisa lupa nama orang?

Tentu kita pernah mengalami ketika bertemu orang namun kita lupa namanya siapa.  Padahal ingat wajah, namanya lupa. Atau pernah juga kita sering mendengar ibu kita yang hanya bermaksud memanggil satu nama anaknya namun yang terpanggil semua nama anaknya. “Wawan…eh Adi…eh Wiwid…aduh maksudnya kamu Nur sini bantu ibu.” bisa-bisa datang semua, tuh anaknya! Kebayang gak sih kalau anaknya 13. Mungkin bagi anak tunggal tidak pernah mengalami hal seperti itu ya atau jangan-jangan malah ketuker sama nama hewan piaraan.

Kejadian-kejadian ini wajar dialami oleh manusia bukan karena masalah umur kok namun karena otak kita menampung banyak data. Saya ibaratkan otak itu seperti laci kartu anggota di perpustakaan yang menyimpan kartu-kartu yang disusun berderet ke belakang. Pasti ada dong kartu yang diletakkan di depan, di tengah, dan di belakang. Data baru menggeser data lama. Orang-orang yang berada di sekitar kita pasti akan kita ingat namanya karena data itu atau ibarat kartu itu letaknya ada di depan. Sedangkan orang-orang yang jarang kita temui, jarang dibicarakan, jarang muncul di depan mata itu biasanya mudah dilupakan. Nah, orang-orangnya ini masuk ke dalam data atau kartu yang letaknya di belakang. Untuk menariknya ke depan butuh waktu. “Aduh kamu siapa ya, Ina, ya? Bukan. Ani, ya? Bukan. Hmmm….Irma, kali? Eh bukan juga. Weitss…(mikir sejenak)….owalah kamu tuh, Tini. Tini Supartini, kan?”

Hasil gambar untuk laci kartu perpustakaan

Lalu bagaimana dengan kasus ibu kita yang sering memanggil nama semua anaknya. Yah karena ibu kita selalu menempatkan nama anak-anaknya di depan, anak-anak selalu ada di pikiran seorang ibu. Eits bapak juga dong ntar ada yang iri.  Jadi karena kartu yang memuat nama anak selalu di depan ketika mau dicabut….ibarat cabut kartu gitu eh kecabut banyak. Keluar deh nama-nama anak dari anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalau ini bukan karena lupa nama ya cuma karena maksudnya mau tertuju ke A eh malah B, C, bahkan D ikutan disebut. Ayo yang masih punya ibu, segera cium tangan dan peluk ia dengan erat. Katakan, “I love you, Ibu. Sudah menempatkan nama anakmu selalu di depan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *